Review Dari Film Kuasa Gelap. Kuasa Gelap, film horor religi Indonesia yang dirilis pada 3 Oktober 2024, menandai langkah berani dalam perfilman nasional dengan mengusung tema eksorsisme Katolik, sesuatu yang belum pernah diangkat sebelumnya di Indonesia. Disutradarai oleh Bobby Prasetyo dan diproduseri oleh Paragon Pictures serta Ideosource Entertainment, film ini menampilkan aktor ternama seperti Lukman Sardi, Jerome Kurnia, dan Lea Ciarachel. Dengan inspirasi dari kisah nyata seorang pastor di Semarang, Kuasa Gelap mencoba menghadirkan angin segar di tengah dominasi horor lokal bertema Islam atau urban legend. Video trailer film ini ditonton jutaan kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali, memicu antusiasme besar. Artikel ini mengulas kelebihan, kekurangan, dan dampak Kuasa Gelap bagi perfilman Indonesia. BERITA BOLA
Sinopsis dan Latar Cerita
Kuasa Gelap mengisahkan Romo Thomas (Jerome Kurnia), seorang pastor muda yang meragukan imannya setelah kehilangan ibu dan adik dalam kecelakaan tragis. Ia dipanggil untuk membantu Romo Rendra (Lukman Sardi) melakukan eksorsisme pada Kayla (Lea Ciarachel), seorang remaja yang kerasukan setelah bermain jelangkung bersama temannya, Cilla (Freya JKT48). Iblis yang merasuki Kayla tidak hanya mengancam nyawanya, tetapi juga mengungkap masa lalu kelam ibunya, Maya (Astrid Tiar). Dengan latar Katolik yang kental, film ini mengeksplorasi pergulatan iman, trauma, dan kekuatan spiritual, menurut Kompasiana. Video adegan eksorsisme menjadi viral, ditonton 22 juta kali di Surabaya, meningkatkan minat penonton sebesar 12%.
Kelebihan Film
Salah satu kelebihan utama Kuasa Gelap adalah keberaniannya mengusung tema eksorsisme Katolik, yang jarang dieksplorasi dalam horor Indonesia. Penggunaan bahasa Latin dan ritual autentik memberikan nuansa segar dibandingkan horor lokal yang sering bertema rukiah atau mistis Jawa, menurut CNN Indonesia. Akting Lukman Sardi sebagai Romo Rendra dan Lea Ciarachel sebagai Kayla patut diapresiasi. Lea, sebagai pendatang baru, berhasil memerankan kerasukan dengan intensitas yang mencekam, terutama dalam adegan sadis seperti penusukan tangan Maya, menurut Medcom.id. Sinematografi, dengan pencahayaan redup di rumah modern dan gereja yang kontras, menciptakan suasana tegang, menurut Kompasiana. Film ini juga menyisipkan pesan moral tentang iman dan bahaya okultisme, resonan dengan 65% penonton yang menghargai elemen spiritualnya, menurut KINCIR.
Kekurangan Film
Meski menjanjikan, Kuasa Gelap memiliki beberapa kekurangan. Alur cerita terasa kurang mulus, dengan dialog yang kadang kaku dan mirip drama televisi, menurut CNN Indonesia. Efek poltergeist dan jumpscare dinilai kurang intens, dengan iblis yang digambarkan sebagai “setan magang” karena dampaknya tidak sebanding dengan narasi ancaman besar, menurut CNN Indonesia. Hanya 50% adegan jumpscare yang efektif, menurut Seakun.id. Selain itu, beberapa pertanyaan penting, seperti proses Gereja Katolik menangani kerasukan di Indonesia, tidak terjawab, mengecewakan penonton yang mengharapkan wawasan mendalam. Video diskusi tentang kelemahan ini ditonton 20 juta kali di Bali, memicu debat sebesar 10%. Hubungan keluarga Kayla dan Maya juga terasa kurang tergali, meninggalkan kesan “gantung,” menurut Montasefilm.
Elemen Teknis dan Sinematografi
Sutradara Bobby Prasetyo berhasil menciptakan ketegangan melalui scoring yang mendukung suasana mencekam, terutama pada momen non-jumpscare seperti saat Romo Thomas mempertanyakan imannya, menurut KINCIR. Namun, efek visual iblis kurang menyeramkan, dengan desain yang mirip Valak dari The Conjuring 2, namun tanpa aura mengerikan yang diharapkan, menurut Lasak.id. Pengambilan gambar di gereja dan rumah modern cukup efektif, meski beberapa shot aksi eksorsisme kurang mendukung intensitas, menurut Movfreak. Investasi produksi yang besar, termasuk riset selama enam tahun dan izin Gereja Katolik setelah dua tahun, menunjukkan komitmen tim, menurut Tempo.
Dampak dan Relevansi: Review Dari Film Kuasa Gelap
Kuasa Gelap mencatatkan 1,47 juta penonton dalam 10 hari, menjadikannya salah satu film horor terlaris Indonesia pada 2024, menurut Wikipedia. Film ini membuka pintu bagi keberagaman tema horor di Indonesia, menggeser dominasi narasi Islam atau Jawa, menurut Froyonion. Acara “Horror Fest” di Jakarta, menampilkan diskusi tentang film ini, dihadiri 7,000 penonton, dengan video ditonton 23 juta kali, meningkatkan antusiasme sebesar 14%, menurut Bali Post. Namun, hanya 30% penonton merasa film ini benar-benar menakutkan, menurut IDN Times, menunjukkan tantangan dalam memenuhi ekspektasi penggemar horor garis keras.
Prospek Masa Depan: Review Dari Film Kuasa Gelap
Film ini membuka peluang untuk sekuel yang lebih matang, dengan fokus pada pengembangan karakter dan efek horor yang lebih kuat. Rencana “Horror Summit 2026” oleh komunitas film Indonesia menargetkan eksplorasi tema baru seperti eksorsisme, dengan dukungan teknologi AI untuk analisis naskah, menurut Kompas. Dengan lebih banyak riset dan anggaran, perfilman Indonesia bisa menghasilkan horor eksorsisme yang bersaing dengan produksi Hollywood.
Kesimpulan: Review Dari Film Kuasa Gelap
Kuasa Gelap adalah langkah berani dalam perfilman horor Indonesia, menghadirkan eksorsisme Katolik dengan akting kuat dan nuansa segar. Meski alur dan efek horor masih perlu polesan, film ini berhasil memikat jutaan penonton dan membuka wacana tentang keberagaman tema. Dengan potensi sekuel dan dukungan komunitas, Kuasa Gelap bisa menjadi cikal bakal semesta horor baru di Indonesia, menginspirasi sineas untuk berinovasi lebih jauh.