Review Film It’s Kind of a Funny Story. Lima belas tahun setelah tayang perdana, film “It’s Kind of a Funny Story” kembali jadi perbincangan hangat di September 2025, berkat tren TikTok “Mental Health Glow-Up” yang viral, di mana pengguna bagikan cerita pemulihan pakai klip ikonik dari ward rumah sakit. Adaptasi novel Ned Vizzini tahun 2006 ini, disutradarai duo Anna Boden dan Ryan Fleck, rilis pada 8 Oktober 2010 dan langsung dapat sambutan hangat sebagai coming-of-age yang sensitif soal kesehatan mental remaja. Dibintangi Keir Gilchrist sebagai Craig Gilner si siswa pintar tapi depresi, plus Zach Galifianakis dan Emma Roberts, film ini grossing $6,4 juta di box office AS meski budget $18 juta. Dengan rating 7.1 di IMDb dari 100 ribu suara dan 56% di Rotten Tomatoes, karya ini bukan cuma hiburan ringan, tapi obrolan serius soal tekanan hidup yang dibungkus humor. Di era kesadaran mental health yang naik, terutama pasca-pandemi, film ini terasa relevan banget—banyak yang sebut ini “Silver Linings Playbook versi remaja.” Jika Anda penggemar dramed seperti “Good Will Hunting” atau “Perks of Being a Wallflower”, ini wajib nonton ulang. Yuk, kita kupas lebih dalam. BERITA BASKET
Makna Film Ini: Review Film It’s Kind of a Funny Story
“It’s Kind of a Funny Story” pada dasarnya bicara soal beban ekspektasi yang bikin remaja biasa kayak Craig merasa gagal total. Craig, 16 tahun yang pintar tapi overwhelmed sama sekolah elit, persahabatan palsu, dan crush tak berbalas, sampe mikir bunuh diri dan cek-in sendiri ke ward dewasa di Argenon Hospital. Di sana, selama lima hari evaluasi, dia hadapi kenyataan: depresi bukan kelemahan, tapi sinyal butuh bantuan. Makna utamanya ada di self-discovery—Craig belajar gambar “brain map” untuk visualisasi pikiran kacau-nya, simbol bagaimana seni dan imajinasi bisa bantu atasi chaos internal.
Film ini juga soroti dukungan komunal: meski diisi pasien dengan isu berat seperti kecanduan Bobby atau self-harm Noelle, ward jadi ruang aman di mana orang saling bantu tanpa judgement. Ada pesan kuat soal keluarga—Craig sadar orang tua (Lauren Graham dan Jim Gaffigan) sayang tapi clueless soal perjuangannya, ingetin bahwa komunikasi kunci healing. Bukan cuma soal depresi remaja, tapi kritik halus ke masyarakat yang dorong perfeksionisme: “You don’t have to be extraordinary to be happy,” seperti kata Dr. Mahmoud (Bernard White). Terinspirasi pengalaman Vizzini sendiri dengan depresi—sayangnya dia bunuh diri tahun 2013—film ini jadi pengingat bahwa humor bisa jadi coping mechanism, dan mencari bantuan itu tanda kekuatan, bukan kekalahan.
Kenapa Film Ini Seru Untuk Ditonton
Film ini nagih karena campuran dramed yang pas—humor ringan ala Zach Galifianakis sebagai Bobby yang bijak tapi absurd, bikin adegan group therapy terasa hidup dan nggak berat. Bayangin: Craig dan teman-temannya kabur dari ward buat karaoke dadakan atau bikin band rock ala pasien, visualnya colorful dan energik, bikin Anda ketawa sambil mikir “ini relatable banget.” Pacing-nya cepat meski durasi 101 menit, dengan fantasy sequence seperti animasi otak Craig yang quirky, tambah elemen visual fun ala “Inside Out” versi low-budget.
Yang bikin seru lagi, chemistry cast-nya top: Keir Gilchrist nail peran Craig yang awkward tapi endearing, sementara Emma Roberts sebagai Noelle kasih nuansa romansa manis tanpa cheesy. Musiknya, campur indie folk dan pop seperti “Hoodie Ninja” dari band fiksi, bikin soundtrack terasa fresh. Di TikTok 2025, klip “tentacles” scene—di mana Craig cerita soal tekanan seperti tentakel—jadi meme healing, dorong orang share cerita pribadi. Buat yang suka film introspektif, ini journey dari hopeless ke hopeful yang empowering, dengan ending uplifting tapi realistis: Craig keluar ward dengan rencana gambar komik, simbol mulai ulang tanpa janji sempurna. Nontonnya cocok malam santai, bikin hati hangat sambil renungkan hidup sendiri.
Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini: Review Film It’s Kind of a Funny Story
Positifnya, film ini unggul di pendekatan sensitif ke topik berat—nggak glorifikasi depresi, tapi tunjukin proses therapy yang manusiawi, seperti saat Craig bantu Bobby hadapi ketakutan jadi ayah. Cast-nya standout: Galifianakis bukti dia bisa lebih dari komedi, Roberts bawa kedalaman ke Noelle, dan Gilchrist bikin Craig jadi everyman yang mudah disukai. Visualnya charming, dengan ward yang nggak keliatan menyeramkan tapi welcoming, hindari klise psych ward ala “One Flew Over the Cuckoo’s Nest.” Humornya pintar, campur dark joke seperti “I’m not crazy, I’m just stressed” dengan momen heartfelt, bikin film ini cathartic. Metacritic 63/100 dan Rotten Tomatoes 56% kasih vibe “generally favorable,” banyak ulasan sebut ini “amiable and sidestepping clichés.” Di era 2025, relevansinya naik soal mental health awareness, terutama buat remaja yang struggle post-pandemi.
Tapi, negatifnya nggak bisa diabaikan. Beberapa bilang film ini terlalu ringan—treatment-nya “mildly entertaining” aja, kurang gali kedalaman isu seperti depresi kronis atau stigma rasial di ward. Plot romansa Craig-Noelle terasa predictable, kayak rom-com standar dengan “opposites attract” yang gampang ditebak. Di Metacritic, kritik sebut “seldom feels fresh,” terutama fantasy sequence yang kadang distracting. Endingnya happy-go-lucky bisa terasa unrealistic buat yang alami depresi sungguhan—nggak ada relapse atau therapy jangka panjang, bikin terasa simplified. Plus, representasi ward dewasa buat remaja bisa kontroversial, meski berdasarkan novel. Secara keseluruhan, kekurangan ini bikin film ini lebih “feel-good” daripada profound, cocok buat yang butuh uplift tapi kurang buat analisis mendalam.
Kesimpulan: Review Film It’s Kind of a Funny Story
“It’s Kind of a Funny Story” adalah dramed remaja yang timeless, dengan makna self-discovery dan dukungan yang bikin menyentuh di tengah hype mental health 2025. Serunya di humor pintar dan cast karismatik, bikin nontonnya ringan tapi impactful. Meski terlalu manis dan kurang dalam jadi minus, positifnya dominan—terbukti dari rating solid dan viral ulang. Saat TikTok penuh cerita healing, inilah saat tepat streaming di Netflix atau Hulu, ikuti Craig temuin “funny story” di balik chaos hidup. Siapa tahu, ward imajiner itu justru bantu Anda gambar brain map sendiri.