Review Film The Fault in Our Stars

review-film-the-fault-in-our-stars

Review Film The Fault in Our Stars. Dirilis pada tahun 2014, The Fault in Our Stars tetap menjadi salah satu film romansa paling ikonik hingga 2025, terus memikat penonton dengan kisah cinta yang penuh emosi antara dua remaja penderita kanker. Diadaptasi dari novel laris karya John Green, film yang disutradarai oleh Josh Boone ini dibintangi oleh Shailene Woodley sebagai Hazel Grace Lancaster dan Ansel Elgort sebagai Augustus Waters. Dengan perpaduan drama, romansa, dan humor yang pas, film ini berhasil menyampaikan pesan tentang cinta, kehidupan, dan makna di tengah penderitaan. Artikel ini akan mengulas secara singkat film ini, alasan di balik kesedihannya, serta sisi positif dan negatifnya, dengan gaya yang santai namun tetap informatif. BERITA VOLI

Review Singkat Film Ini
The Fault in Our Stars mengisahkan Hazel, seorang gadis berusia 16 tahun dengan kanker tiroid yang telah menyebar ke paru-parunya, dan Augustus, seorang penyintas kanker tulang yang kini dalam masa remisi. Keduanya bertemu di kelompok dukungan untuk pasien kanker dan dengan cepat menjalin ikatan emosional yang mendalam. Bersama, mereka menjelajahi cinta pertama, mimpi, dan ketakutan akan kematian, termasuk perjalanan ke Amsterdam untuk bertemu penulis favorit Hazel, Peter Van Houten. Film ini menonjol karena chemistry luar biasa antara Woodley dan Elgort, dialog yang cerdas, dan penggambaran realistis tentang hidup dengan penyakit mematikan. Dengan durasi 126 menit, film ini berhasil menyeimbangkan momen-momen manis, lucu, dan tragis, menjadikannya pengalaman emosional yang tak terlupakan. Sinematografi yang hangat dan soundtrack, termasuk lagu Boom Clap dari Charli XCX, semakin memperkuat daya tariknya.

Apa Yang Membuat Film Ini Begitu Sedih
Kesedihan The Fault in Our Stars berasal dari tema sentralnya: cinta yang dibatasi oleh bayang-bayang kematian. Kisah Hazel dan Augustus dipenuhi dengan momen bahagia, seperti kencan romantis di Amsterdam, namun selalu dihantui oleh realitas penyakit mereka. Adegan seperti Augustus mengungkapkan kembalinya kankernya atau Hazel membaca eulogi untuk Augustus di hadapannya adalah puncak emosional yang membuat penonton menangis. Film ini tidak menghindar dari realitas pahit kanker, menunjukkan bagaimana penyakit memengaruhi tubuh, emosi, dan hubungan. Dialog seperti “I’m a grenade and at some point I’m going to blow up” dari Hazel mencerminkan ketakutannya menyakiti orang yang dicintai, menambah lapisan kesedihan. Selain itu, penggambaran hubungan Hazel dengan orang tuanya, yang berjuang menyeimbangkan cinta dan ketakutan kehilangan anak, membuat film ini semakin mengharukan. Kombinasi akting tulus dan narasi yang jujur membuat penonton merasakan kepedihan karakter secara mendalam.

Sisi Positif dan Negatif Dari Film Ini
Dari sisi positif, The Fault in Our Stars menawarkan penggambaran yang autentik tentang cinta remaja dan perjuangan hidup dengan penyakit kronis. Akting Shailene Woodley dan Ansel Elgort sangat natural, menciptakan chemistry yang membuat penonton percaya pada cinta mereka. Film ini juga berhasil menyeimbangkan kesedihan dengan humor, seperti lelucon Augustus tentang rokok yang tidak dinyalakan, yang memberikan napas segar di tengah narasi berat. Pesan film tentang menemukan makna dalam hidup meski waktu terbatas sangat menginspirasi, mendorong penonton untuk menghargai setiap momen. Produksi ulang dalam Speak Now (Taylor’s Version) juga membawa perhatian baru pada lagu-lagu Swift yang cocok dengan tema film ini, meningkatkan relevansinya di 2025. Namun, ada sisi negatif. Beberapa penonton merasa film ini terlalu manipulatif secara emosional, dengan adegan-adegan yang sengaja dirancang untuk memicu air mata. Selain itu, penggambaran kanker kadang dianggap terlalu romantis, mengabaikan realitas keras dari penyakit tersebut bagi sebagian pasien. Karakter Peter Van Houten juga terasa klise sebagai penulis eksentrik, mengurangi kedalaman narasi di beberapa bagian.

Kesimpulan: Review Film The Fault in Our Stars
The Fault in Our Stars adalah film yang menyentuh hati dengan kisah cinta Hazel dan Augustus yang penuh makna di tengah bayang-bayang kanker. Kesedihannya berasal dari penggambaran jujur tentang cinta dan kehilangan, diperkuat oleh akting yang kuat dan narasi yang emosional. Film ini memiliki sisi positif sebagai cerita inspiratif tentang hidup dan cinta, meski kadang dianggap terlalu sentimentil atau klise. Di tahun 2025, film ini tetap relevan, mengingatkan kita untuk menghargai waktu bersama orang yang dicintai dan menemukan keberanian dalam menghadapi tantangan hidup. Bagi penggemar drama romansa, The Fault in Our Stars adalah pengalaman emosional yang tak boleh dilewatkan, dengan pesan bahwa cinta sejati selalu meninggalkan jejak, meski bintang-bintang kita salah.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *