Review Film Call Me by Your Name

review-film-call-me-by-your-name

Review Film Call Me by Your Name. Di tengah hiruk-pikuk film blockbuster musim panas 2025, Call Me by Your Name (2017) tetap menjadi perbincangan, terutama setelah kembali populer di platform streaming dan diskusi media sosial di Indonesia. Disutradarai oleh Luca Guadagnino, film ini memikat hati penonton dengan kisah cinta yang penuh emosi, latar Italia yang indah, dan penampilan memukau dari Timothée Chalamet dan Armie Hammer. Meski dirilis delapan tahun lalu, film ini tetap relevan sebagai tontonan musim panas yang menyentuh. Apa cerita film ini, mengapa cocok untuk musim panas, dan apa kelebihan serta kekurangannya? Mari kita ulas lebih dalam. BERITA LAINNYA

Ringkasan Singkat Film Ini
Call Me by Your Name adalah drama romansa yang diadaptasi dari novel karya André Aciman. Berlatar di pedesaan Italia pada musim panas 1983, film ini mengisahkan Elio Perlman (Timothée Chalamet), remaja 17 tahun yang cerdas dan sensitif, yang menjalin hubungan emosional dengan Oliver (Armie Hammer), mahasiswa Amerika berusia 24 tahun yang menjadi asisten penelitian ayahnya. Hubungan mereka berkembang dari persahabatan menjadi cinta yang intens, ditandai dengan momen-momen penuh gairah dan kerentanan. Dengan durasi 132 menit, film ini mengeksplorasi tema cinta pertama, identitas, dan penerimaan diri, diiringi sinematografi yang memukau dan soundtrack ikonik seperti “Mystery of Love” oleh Sufjan Stevens. Kisah ini berpuncak pada patah hati yang pahit-manis, meninggalkan kesan mendalam tentang keindahan dan kerapuhan cinta.

Mengapa Film Ini Sangat Cocok Ditonton Saat Musim Panas
Call Me by Your Name adalah tontonan ideal untuk musim panas karena suasananya yang cerah dan penuh nostalgia. Latar pedesaan Italia, dengan kebun buah, sungai yang jernih, dan sinar matahari yang hangat, menciptakan suasana liburan yang santai, cocok dengan vibe musim panas. Adegan-adegan seperti Elio dan Oliver bersepeda di jalan pedesaan atau berenang di danau membawa penonton ke suasana bebas dan penuh kehidupan, yang mengingatkan pada momen-momen musim panas yang penuh kenangan. Selain itu, tema cinta pertama dan eksplorasi diri resonan dengan perasaan kebebasan dan penemuan yang sering muncul di musim panas, terutama bagi generasi muda. Soundtrack yang dreamy dan tempo cerita yang lambat namun mendalam membuat film ini sempurna untuk ditonton di malam yang hangat, mengajak penonton merenungkan pengalaman emosional mereka sendiri.

Sisi Positif dan Negatif Dari Film Ini
Call Me by Your Name memiliki banyak kelebihan yang membuatnya istimewa. Pertama, penampilan aktornya luar biasa; chemistry antara Chalamet dan Hammer terasa alami, dengan monolog akhir Chalamet menjadi salah satu momen paling emosional dalam sinema modern. Sinematografi Sayombhu Mukdeeprom, dengan warna-warna cerah dan pengambilan gambar yang intim, memperkuat suasana romansa dan nostalgia. Soundtrack karya Sufjan Stevens juga menjadi pilar emosional, dengan lagu-lagu yang dinominasikan untuk Oscar. Narasi film ini sensitif dalam menggambarkan cinta sesama jenis tanpa stereotip, menjadikannya representasi yang kuat untuk komunitas LGBTQ+. Namun, film ini bukannya tanpa kekurangan. Tempo yang lambat, terutama di paruh pertama, mungkin terasa membingungkan bagi penonton yang menyukai alur cepat. Selain itu, perbedaan usia antara Elio (17) dan Oliver (24) menimbulkan perdebatan etis bagi sebagian penonton, meskipun film menangani hubungan ini dengan sensitivitas. Kurangnya pengembangan karakter pendukung, seperti orang tua Elio, juga membuat beberapa aspek cerita terasa kurang mendalam.

Kesimpulan: Review Film Call Me by Your Name
Call Me by Your Name tetap menjadi salah satu film romansa terbaik, dengan kisah cinta yang menyentuh dan latar musim panas Italia yang memikat. Sinematografi yang indah, akting memukau, dan soundtrack yang emosional menjadikannya tontonan wajib di musim panas 2025, terutama bagi mereka yang mencari cerita tentang cinta dan pertumbuhan diri. Meski memiliki tempo lambat dan beberapa isu sensitif, kekuatan film ini terletak pada kepekaannya dalam menangkap kerumitan emosi manusia. Bagi penonton di Indonesia, film ini menawarkan pelarian visual dan emosional ke dunia yang penuh kehangatan dan kepekaan. Akankah Call Me by Your Name terus memikat generasi baru? Dengan keindahan dan kejujurannya, film ini layak disebut sebagai karya abadi yang terus relevan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *