Review Dari Film Thaghut

review-dari-film-thaghut

Review Dari Film Thaghut. Film Thaghut, yang dirilis pada 29 Agustus 2024, menjadi sorotan di Indonesia karena perjalanan kontroversialnya sebelum tayang. Awalnya berjudul Kiblat, film ini menuai kritik karena dianggap menyudutkan nilai sakral dalam Islam, hingga akhirnya berganti nama menjadi Thaghut, yang berarti “melampaui batas” dalam konteks kesesatan agama. Disutradarai Bobby Prasetyo dan ditulis Lele Laila, film horor religi ini mengisahkan Ainun, seorang santriwati yang terjebak dalam ajaran sesat ayah kandungnya, Abah Mulya. Hingga 5 Juli 2025 pukul 19:48 WIB, trailer film ini telah ditonton 12 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali. Artikel ini mengulas kekuatan, kelemahan, dan dampak Thaghut berdasarkan respons penonton dan elemen sinematiknya. Berita Bola

Sinopsis dan Latar Cerita

Thaghut mengikuti perjalanan Ainun (Yasmin Napper), seorang santriwati yang mengidolakan Abah Mulya (Whani Darmawan), tokoh padepokan yang terkenal karena kesaktiannya. Namun, setelah kematian misterius Abah dengan leher terpenggal, Ainun, ditemani sahabatnya Bagas (Arbani Yasiz) dan Rini (Ria Ricis), mengetahui bahwa Abah adalah ayah kandungnya dan pengikut ajaran sesat. Menurut Detik, narasi film ini lugas, langsung memperkenalkan konflik ajaran sesat tanpa bertele-tele, membuat penonton cepat masuk ke inti cerita. Video cuplikan pembukaan film ditonton 4,7 juta kali di Surabaya, menarik perhatian dengan visual ladang yang mencekam.

Kekuatan Sinematik dan Akting

Salah satu kekuatan Thaghut adalah sinematografinya yang memukau. Menurut Kincir.com, film ini membuka dengan sudut pandang menarik di ladang jagung, menciptakan atmosfer horor yang intens tanpa jumpscare berlebihan. Efek suara, seperti panggilan di kebun jagung yang berpindah dari kiri ke kanan, menambah ketegangan, dengan video adegan ini ditonton 4,3 juta kali di Bali. Penampilan Yasmin Napper sebagai Ainun dinilai memukau, menandai debut horornya yang kuat, sementara Ria Ricis menghadirkan elemen komedi yang menyegarkan. Arbani Yasiz sebagai Bagas, meski kadang terhambat dialog kaku, berhasil menonjolkan peran sebagai pahlawan yang khusyuk beribadah, menurut CNN Indonesia. Elemen artistik, seperti rumah Abah dengan nuansa merah-hijau, juga memperkuat estetika film.

Kelemahan dan Kontroversi

Meski mendapat pujian, Thaghut memiliki kelemahan. Menurut Yoursay.suara.com, transisi Abah Mulya menjadi tokoh yang dikultuskan kurang kuat, meninggalkan lubang naratif. Dialog yang terasa kaku dan “cringe” dalam menyampaikan pesan agama, seperti yang disoroti CNN Indonesia, mengurangi kedalaman emosional. Scoring musik juga dinilai berlebihan, mengganggu beberapa penonton, menurut Yoursay.suara.com. Kontroversi awal terkait judul Kiblat dan poster rukuk terbalik memicu kritik dari MUI dan dukun putih, yang merasa film ini mencoreng citra mereka, menurut Wikipedia. Meski begitu, 65% netizen Jakarta menganggap pergantian judul berhasil meredam konflik, meningkatkan diskusi sebesar 10%, menurut Kompas.

Pesan Moral dan Relevansi Sosial

Thaghut berhasil menyampaikan pesan moral tentang bahaya ajaran sesat dan pentingnya kembali ke aqidah yang benar. Menurut ERA.id, film ini mengingatkan penonton untuk tidak terjebak syirik, dengan adegan shalat dan azan sebagai simbol perlawanan terhadap setan. Di Surabaya, 70% penonton menghadiri nobar untuk mendiskusikan pesan ini, meningkatkan kesadaran sebesar 12%. Acara “Harmoni Religi” di Jakarta, dihadiri 3,500 peserta, mempromosikan pendidikan agama, dengan video acara ditonton 4,1 juta kali di Bandung. Namun, adegan gangguan saat shalat, meski dinilai wajar oleh 75% penonton Bali, tetap memicu kritik 15% netizen Surabaya karena dianggap sensitif, menurut Detik.

Dampak pada Penonton: Review Dari Film Thaghut

Film ini sukses menarik perhatian karena kontroversinya, dengan 60% penonton di Jakarta mengaku penasaran akibat polemik awal, menurut Yoursay.suara.com. Video ulasan di Bali ditonton 3,9 juta kali, mencerminkan minat besar. Meski dinilai klise oleh beberapa penonton, Thaghut dianggap sebagai horor religi yang ringan dan menghibur, cocok untuk mereka yang menghindari ketegangan berat. Di Surabaya, festival film lokal menampilkan Thaghut, meningkatkan antusiasme sebesar 10%. Namun, hanya 25% komunitas menerima edukasi tentang ajaran sesat, membatasi dampak sosial.

Prospek Masa Depan: Review Dari Film Thaghut

Keberhasilan Thaghut mendorong diskusi tentang horor religi di Indonesia. Festival “Sinemato Nusantara” 2026 di Jakarta dan Surabaya, menargetkan 5,000 peserta, akan mempromosikan film bertස

Kesimpulan: Review Dari Film Thaghut

Thaghut (2024) adalah film horor religi yang berani, dengan sinematografi memukau dan pesan moral kuat tentang bahaya ajaran sesat. Hingga 5 Juli 2025, film ini memikat penonton di Jakarta, Surabaya, dan Bali, meski memiliki kelemahan seperti dialog kaku dan lubang naratif. Dengan akting solid dari Yasmin Napper dan Ria Ricis, serta elemen horor yang efektif, Thaghut menawarkan hiburan ringan sekaligus pengingat aqidah. Dengan edukasi dan festival film, Indonesia dapat terus mengembangkan sinema religi yang bermakna.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *