Review Film Sleeping Beauty. Film Sleeping Beauty (2011), disutradarai oleh Julia Leigh, adalah karya debut yang berani dan kontroversial dari seorang novelis asal Australia. Dibintangi oleh Emily Browning sebagai Lucy, film ini menawarkan interpretasi modern dari dongeng klasik dengan pendekatan psikologis dan erotis yang jauh dari versi Disney. Ditayangkan perdana di Festival Film Cannes 2011, Sleeping Beauty memicu perbincangan karena gaya sinematiknya yang dingin, visual yang mencolok, dan tema yang provokatif. Meski mendapat tanggapan beragam, film ini tetap menarik perhatian karena keberaniannya menjelajahi sisi gelap manusia. Artikel ini akan mengulas ringkasan film, alasan popularitasnya, serta sisi positif dan negatif dari karya yang penuh ambiguitas ini. BERITA BASKET
Ringkasan Singkat dari Film Tersebut
Sleeping Beauty mengisahkan Lucy, seorang mahasiswi yang berjuang secara finansial di Sydney. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliah, ia mengambil berbagai pekerjaan, mulai dari pelayan restoran hingga subjek penelitian medis. Suatu hari, ia menjawab iklan misterius dan terlibat dalam dunia prostitusi kelas atas yang dijalankan oleh Clara, seorang madame elegan. Pekerjaan utama Lucy sebagai “sleeping beauty” melibatkan dirinya yang dibius hingga tertidur lelap, sementara pria kaya dan lanjut usia berinteraksi dengan tubuhnya tanpa penetrasi. Lucy tidak memiliki ingatan akan apa yang terjadi selama ia tidur, menciptakan dinamika voyeuristik yang mengganggu. Film ini juga menyinggung kehidupan pribadi Lucy, termasuk hubungannya dengan Birdmann, seorang teman yang memiliki masalah kecanduan. Dengan dialog yang minim dan suasana yang steril, film ini mengeksplorasi tema alienasi, objektifikasi, dan batas-batas moral dalam dunia modern.
Mengapa Film Ini Sangat Populer
Meski tidak mencapai kesuksesan komersial besar, Sleeping Beauty menjadi perbincangan karena pendekatannya yang unik dan berani. Film ini menarik perhatian di Cannes 2011 sebagai entri kompetisi Australia pertama sejak Moulin Rouge! (2001), yang memberikan daya tarik internasional. Keberanian Emily Browning dalam memerankan Lucy, dengan banyak adegan telanjang yang menuntut kerentanan emosional, mendapat pujian dan membuat film ini menonjol. Tema provokatifnya, yang menggabungkan elemen erotis dengan kritik sosial tentang objektifikasi perempuan, menarik penonton yang menyukai film arthouse. Selain itu, pengaruh sutradara seperti Luis Buñuel dan Michael Haneke terasa dalam gaya visualnya yang dingin dan terkontrol, menambah daya tarik bagi penggemar sinema eksperimental. Video musik dan klip film ini juga sering muncul di media sosial, memperluas jangkauannya di kalangan penonton muda yang penasaran dengan estetika dan narasinya yang tidak biasa. Meski hanya meraup sekitar $408,680 di box office global, film ini tetap relevan karena diskusi yang dihasilkannya tentang seksualitas, kekuasaan, dan otonomi.
Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Secara positif, Sleeping Beauty menawarkan pengalaman sinematik yang unik dengan visual yang memukau. Sinematografi yang rapi, dengan komposisi simetris dan palet warna yang dingin, menciptakan suasana yang sekaligus indah dan meresahkan. Penampilan Emily Browning sebagai Lucy sangat kuat; ia berhasil menyampaikan kepasifan dan keterputusan emosional karakter dengan cara yang autentik. Film ini juga berhasil memicu diskusi tentang isu-isu seperti eksploitasi, otonomi tubuh, dan dinamika kekuasaan, menjadikannya relevan untuk analisis feminis. Namun, di sisi negatif, banyak penonton merasa film ini terlalu dingin dan sulit diakses. Kurangnya pengembangan karakter membuat Lucy terasa seperti cangkang kosong, yang bagi sebagian orang mengurangi keterlibatan emosional. Pacing yang lambat dan dialog yang minim juga membuat beberapa penonton merasa bosan atau terasing. Selain itu, beberapa kritikus berpendapat bahwa pendekatan film terhadap seksualitas terasa eksploitatif daripada mendalam, terutama karena adegan-adegan yang menampilkan ketelanjangan tanpa konteks naratif yang kuat. Ending yang ambigu juga menjadi titik kritik, karena tidak memberikan resolusi yang memuaskan bagi banyak penonton.
Kesimpulan: Review Film Sleeping Beauty
Sleeping Beauty (2011) adalah film yang berani dan penuh gaya, namun tidak untuk semua orang. Dengan pendekatan arthouse yang dingin dan provokatif, film ini menawarkan perspektif baru terhadap dongeng klasik, sekaligus menggali tema-tema kompleks seperti alienasi dan objektifikasi. Popularitasnya didorong oleh keberanian sinematiknya, penampilan Emily Browning, dan diskusi yang dihasilkannya di festival film serta media sosial. Meski memiliki visual yang memukau dan pesan yang menggugah, kelemahan seperti pacing lambat dan kurangnya kedalaman karakter membuatnya terasa jauh dari penonton kasual. Bagi penggemar film arthouse atau mereka yang tertarik pada eksplorasi psikologis, Sleeping Beauty adalah karya yang layak ditonton untuk merenungkan batas-batas moral dan estetika sinema. Namun, bagi yang mencari narasi yang hangat atau resolusi jelas, film ini mungkin terasa seperti mimpi yang indah namun membingungkan.