Review Film The Shining. Pada Agustus 2025, film horor klasik The Shining (1980), karya sutradara legendaris Stanley Kubrick, kembali menjadi perbincangan setelah diputar ulang di beberapa bioskop independen di Indonesia. Film ini, yang diadaptasi dari novel Stephen King, terus memikat penonton dengan atmosfer mencekam dan kejeniusan sinematografinya. Meski telah berusia lebih dari empat dekade, The Shining tetap relevan dan dianggap sebagai salah satu karya terbaik dalam genre horor psikologis. Apa cerita di balik film ini, mengapa masih layak ditonton, dan apa kelebihan serta kekurangannya? Berikut ulasan lengkapnya. BERITA LAINNYA
Ringkasan Pendek Tentang Film Ini
The Shining bercerita tentang Jack Torrance (Jack Nicholson), seorang penulis yang mengalami kebuntuan kreatif dan menerima pekerjaan sebagai penjaga hotel terpencil Overlook Hotel selama musim dingin. Bersama istri, Wendy (Shelley Duvall), dan anaknya, Danny (Danny Lloyd), Jack pindah ke hotel yang sepi namun menyimpan sejarah kelam. Danny, yang memiliki kemampuan supranatural atau “shining,” mulai melihat visi mengerikan tentang masa lalu hotel. Sementara itu, Jack perlahan kehilangan kewarasannya, dipengaruhi oleh kekuatan gaib hotel, hingga berubah menjadi ancaman bagi keluarganya sendiri. Dengan durasi 144 menit, film ini menggabungkan elemen horor, drama, dan ketegangan psikologis dalam balutan visual yang memukau.
Alasan Film Ini Harus Ditonton di Tahun 2025
Di tahun 2025, The Shining tetap wajib tonton karena keunikan pendekatan Kubrick dalam membangun ketegangan. Sinematografinya, dengan penggunaan tracking shot dan simetri visual, masih menjadi acuan bagi pembuat film modern. Penampilan Jack Nicholson yang ikonis, terutama dalam adegan “Here’s Johnny!”, memberikan dimensi baru pada karakter penutup yang menyeramkan sekaligus tragis. Film ini juga relevan karena mengeksplorasi tema isolasi dan gangguan mental, isu yang kian terasa di era pasca-pandemi. Selain itu, pemutaran ulang di bioskop memberikan pengalaman menonton dengan kualitas gambar dan suara yang lebih baik, memperkuat daya tariknya. Bagi penggemar horor atau sinema klasik, The Shining adalah pengingat akan kekuatan storytelling yang abadi.
Sisi Positif dan Negatif Dari Film Ini
Sisi positif The Shining terletak pada penyutradaraan Kubrick yang brilian. Penggunaan warna, pencahayaan, dan musik dari Wendy Carlos menciptakan atmosfer mencekam yang sulit dilupakan. Akting Nicholson dan Duvall menghidupkan dinamika keluarga yang penuh ketegangan, sementara Danny Lloyd memberikan performa anak-anak yang luar biasa. Desain set Overlook Hotel, dengan lorong-lorong panjang dan karpet geometris, menjadi karakter tersendiri yang memperkuat suasana horor. Namun, film ini tidak luput dari kritik. Beberapa penggemar novel Stephen King kecewa karena Kubrick banyak mengubah elemen cerita, seperti latar belakang supernatural hotel yang kurang dieksplorasi. Durasi film juga terasa lambat bagi sebagian penonton modern yang terbiasa dengan tempo cepat. Selain itu, penggambaran Wendy sebagai karakter yang pasif menuai kritik karena kurang memberikan dimensi kuat pada tokohnya.
Kesimpulan: Review Film The Shining
The Shining tetap menjadi masterpiece horor psikologis yang relevan di tahun 2025, dengan pemutaran ulangnya di bioskop membuktikan daya tarik abadinya. Cerita tentang isolasi dan kegilaan, dipadukan dengan sinematografi Kubrick yang memukau, menjadikannya wajib tonton bagi pecinta film. Meski ada kekurangan, seperti perubahan dari novel asli dan tempo yang lambat, kelebihan film ini dalam akting, visual, dan atmosfer jauh lebih menonjol. The Shining tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton merenungkan sisi gelap manusia, menjadikannya karya yang tak lekang oleh waktu.