Review Film The Gangster, The Cop, The Devil. Enam tahun setelah tayang perdana di festival Busan 2019, “The Gangster, The Cop, The Devil” masih jadi film yang sering dibahas di kalangan pecinta thriller Korea. Dirilis secara luas pada Mei 2019 dan disutradarai Lee Won-tae, karya ini terinspirasi kisah nyata tentang pembunuh berantai yang menargetkan korban acak di malam hari. Dengan durasi 109 menit, film ini campur aksi brutal, drama kriminal, dan sentuhan humor gelap, membuatnya bertahan di platform streaming hingga akhir 2025. Bintang utamanya, Ma Dong-seok sebagai bos mafia Jang Dong-su, bawa karisma kasar yang bikin penonton langsung terpikat. Di tengah maraknya remake Hollywood, film asli ini tetap unggul sebagai contoh bagaimana genre gangster Korea bisa segar dan menghibur tanpa kehilangan ketajaman. BERITA BASKET
Plot yang Ketat dan Penuh Ketegangan: Review Film The Gangster, The Cop, The Devil
Cerita dimulai dengan serangkaian pembunuhan misterius di kota Chungmu, di mana pembunuh sadis bernama K memancing korban lewat kecelakaan mobil kecil sebelum menusuk mereka berulang kali. Bos mafia Jang Dong-su, yang biasa tak tersentuh, jadi target tak sengaja saat ia memilih mengemudi sendiri malam itu. Serangan brutal itu hampir membunuhnya, tapi Jang selamat dengan luka parah dan reputasi tercoreng – bagi gangster, harga diri adalah segalanya.
Aliansi tak terduga terbentuk saat Jang bertemu Detektif Jung Tae-seok, seorang polisi junior yang ambisius tapi sering diremehkan atasan karena terlalu gigih. Jung awalnya curiga Jang terlibat dalam kasus, tapi bukti membawa mereka ke kesimpulan sama: K harus dihentikan. Film ini pintar bangun ketegangan lewat adegan pengejaran mobil yang intens dan duel jarak dekat, tanpa bergantung efek CGI berlebih. Plotnya linear tapi penuh twist kecil, seperti saat Jang gunakan jaringan kriminalnya untuk selidiki korban sebelumnya, sementara Jung hadapi birokrasi polisi yang korup. Hasilnya, narasi yang mengalir cepat, membuat penonton sulit berhenti nonton.
Penampilan Aktor yang Menonjol: Review Film The Gangster, The Cop, The Devil
Ma Dong-seok, atau Don Lee, curi perhatian total sebagai Jang Dong-su – sosok raksasa berjas rapi yang pukulannya terasa nyata dan tatapannya dingin tapi lucu. Ia bawa campuran swagger ala mafia klasik dengan humor fisik yang ingatkan perannya di “Train to Busan”, tapi di sini lebih dalam, tunjukkan sisi rentan saat ia akui dendam pribadi. Kim Mu-yeol sebagai Jung Tae-seok lengkapi duo ini dengan energi sarkastik; ia seperti polisi biasa yang tiba-tiba punya partner tak biasa, bikin dialog mereka penuh friksi menghibur.
Kim Sung-kyu sebagai K, si pembunuh, bawa aura mencekam yang tenang – bukan psikopat berteriak, tapi predator yang hitung-hitungan setiap langkah. Pendukung seperti Heo Sung-tae sebagai bawahan Jang tambah kedalaman, dengan adegan komedi ringan yang seimbang aksi. Secara keseluruhan, chemistry antar aktor bikin film ini terasa hidup, terutama saat Jang dan Jung tukar sindiran di mobil sambil kejar petunjuk. Penampilan mereka dapat pujian luas, bikin film ini sering disebut sebagai showcase talenta Korea utara.
Gaya Sinematik dan Tema yang Relevan
Lee Won-tae, di debut fitur panjangnya, tunjukkan penguasaan genre lewat sinematografi yang gelap dan moody, penuh bayangan malam kota yang bikin suasana tegang. Adegan aksi, seperti pertarungan pisau di gang sempit atau kejar-kejaran di jalan raya, difilmkan dengan kamera handheld yang immersif, tanpa gaya berlebih. Soundtrack campur hip-hop urban dan orkestra dramatis tambah intensitas, sementara editing cepat jaga ritme tanpa terasa tergesa.
Tema utamanya soal aliansi tak mungkin: gangster dan polisi yang biasanya musuh, kini gabung lawan ancaman lebih besar. Ini sindir halus soal korupsi dan moral abu-abu di masyarakat, di mana reputasi gangster sama pentingnya dengan keadilan polisi. Film ini juga sentuh isu pembunuh berantai tanpa glorifikasi, fokus pada dampak emosional korban. Di 2025, relevansinya makin terasa saat genre crime Korea lagi naik daun, dan film ini sering dibandingkan dengan “Veteran” atau “Memories of Murder” karena eksekusi yang solid.
Kesimpulan
“The Gangster, The Cop, The Devil” adalah thriller Korea yang efisien dan menghibur, di mana aksi brutal bertemu humor cerdas tanpa kehilangan momentum. Enam tahun kemudian, film ini tetap segar berkat plot ketat, penampilan ikonik Ma Dong-seok, dan gaya sinematik yang percaya diri. Bukan karya sempurna – akhirnya agak panjang dan twist terakhir bisa ditebak – tapi kekurangannya kalah sama kenikmatan keseluruhan. Buat penggemar genre, ini wajib tonton; buat yang baru, pintu masuk bagus ke sinema Korea modern. Di akhir 2025, saat remake Hollywood dirumorkan, versi asli ini ingatkan: kadang, cerita terbaik datang dari aliansi paling aneh.