Review Film Habibie & Ainun

review-film-habibie-ainun

Review Film Habibie & Ainun. Dirilis akhir 2012, Habibie & Ainun langsung jadi fenomena. Film yang diangkat dari buku biografi BJ Habibie ini tembus lebih dari 4,6 juta penonton, rekor pada masanya, dan sampai 2025 masih sering diputar ulang di televisi tiap Hari Ibu atau hari besar nasional. Disutradarai Faozan Rizal dengan naskah Ifan Ismail dan Gina S. Noer, film ini nggak cuma cerita cinta presiden ketiga Indonesia, tapi juga potret cinta yang tahan uji waktu, penyakit, dan kekuasaan. BERITA BOLA

Akting Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari yang Melebihi Ekspektasi: Review Film Habibie & Ainun

Reza Rahadian sebagai Habibie muda sampai tua benar-benar luar biasa. Logat Jermannya, cara jalan yang sedikit membungkuk di usia senja, sampai tatapan penuh cinta ke Ainun, semuanya terasa hidup. Bunga Citra Lestari juga berhasil bikin penonton ikut menangis setiap kali Ainun sakit; ekspresi wajahnya saat tahu penyakitnya dan tetap tersenyum demi Habibie adalah salah satu momen paling mengharukan di perfilman Indonesia. Chemistry keduanya begitu kuat sampai banyak yang bilang, “ini bukan akting lagi, ini beneran cinta”.

Sinematografi dan Soundtrack yang Membantu Cerita: Review Film Habibie & Ainun

Kamera berhasil menangkap keindahan Jerman di era 60-an, hangar pesawat yang megah, sampai rumah sederhana di Klaten dengan sangat cantik. Penggunaan warna hangat di masa muda dan dingin di masa tua juga membantu penonton merasakan perjalanan waktu. Lagu “Cinta Sejati” yang dinyanyikan Bunga Citra Lestari sendiri jadi soundtrack abadi; tiap nada piano di lagu itu langsung bikin mata berkaca-kaca. Sampai sekarang, kalau lagu itu diputar di acara pernikahan, langsung terasa vibe Habibie-Ainun.

Narasi yang Emosional Tapi Tetap Seimbang

Film ini pintar menyeimbangkan romansa dengan sejarah. Kita lihat Habibie yang jenius di bidang aeronautika, mimpi bikin pesawat Indonesia, sampai momen ia jadi presiden di tengah krisis 98. Tapi semua itu nggak pernah mengalahkan cerita utama: Ainun adalah “rumah” yang selalu Habibie pulangi, mau sesukses apa pun di luar. Adegan Ainun meninggal dan Habibie berbisik “Aku pulang, Nun” adalah salah satu adegan paling memilukan sepanjang sejarah bioskop Indonesia. Banyak penonton keluar bioskop dengan mata bengkak, tapi hati penuh.

Kesimpulan

Habibie & Ainun bukan cuma film biografi biasa. Ini cerita tentang cinta yang nggak pernah pudar meski diuji jarak, waktu, kekuasaan, dan kematian. Reza dan BCL berhasil bikin penonton percaya bahwa cinta seperti itu benar-benar ada. Setelah 13 tahun, film ini tetap jadi standar emas drama romansa Indonesia: nggak lebay, nggak murahan, tapi mampu bikin jutaan orang menangis di kursi bioskop. Kalau kamu belum pernah nonton atau cuma nonton di TV, sekali lagi tonton versi layar lebar kalau ada pemutaran ulang. Karena ada cinta yang terlalu indah untuk cuma dilihat di layar kecil. Habibie & Ainun bukan sekadar film, ini warisan.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *