Review Film We Live in Time

review-film-we-live-in-time

Review Film We Live in Time. Film We live in Time merupakan film yang dirilis pada Oktober 2024 di Amerika Serikat dan Januari 2025 di Inggris telah banyak mencuri perhatian para penonton dengan kisah romantis yang penuh emosi. Disutradarai oleh John Crowley dan ditulis oleh Nick Payne, film ini menghadirkan chemistry memukau antara Andrew Garfield sebagai Tobias dan Florence Pugh sebagai Almut. Dengan narasi non-linear yang melompat-lompat antar waktu, We Live in Time mengisahkan perjalanan cinta sepasang kekasih yang dihadapkan pada tantangan besar, termasuk diagnosis kanker yang mengguncang hidup mereka. Film ini bukan sekadar drama romansa biasa, melainkan sebuah pengingat untuk menghargai setiap momen dalam hidup. BERITA LAINNYA

Makna atau Arti Dari Film Ini: Review Film We Live in Time

We Live in Time mengajak penonton merenungi makna waktu dan cinta dalam kehidupan. Melalui struktur cerita yang tidak berurutan, film ini menggambarkan bagaimana kenangan—baik yang manis maupun pahit—membentuk perjalanan hidup seseorang. Kisah Tobias dan Almut menyoroti betapa berharganya setiap detik yang dihabiskan bersama orang yang dicintai, terutama saat waktu terasa terbatas akibat penyakit. Film ini juga mengeksplorasi konflik batin, seperti ambisi Almut untuk meninggalkan warisan melalui kariernya sebagai koki, berhadapan dengan keinginannya untuk fokus pada keluarga. Pesan utamanya sederhana namun mendalam: hidup adalah tentang merangkul momen “sekarang” tanpa terbebani oleh masa lalu atau ketakutan akan masa depan.

Sisi Positif Dari Film Ini

Kekuatan utama film ini terletak pada penampilan Andrew Garfield dan Florence Pugh. Keduanya menghidupkan karakter Tobias dan Almut dengan chemistry yang begitu alami, membuat penonton mudah terhanyut dalam emosi mereka. Pugh, dengan karisma dan intensitasnya, berhasil memerankan Almut sebagai sosok yang kompleks—ambisius namun penuh kasih. Garfield juga tak kalah memukau, menghadirkan Tobias sebagai pasangan yang setia dan penuh empati. Sinematografi yang indah, dengan latar pedesaan Inggris yang memukau, turut memperkuat suasana emosional film. Adegan kelahiran anak mereka, yang berlangsung dramatis di toilet pom bensin, menjadi salah satu momen paling berkesan, memadukan humor dan ketegangan dengan apik. Skor musik dari Bryce Dessner juga menambah kedalaman emosi tanpa terasa berlebihan.

Sisi Negatif Dari Film Ini

Meski penuh emosi, We Live in Time tak lepas dari kekurangan. Narasi non-linear, meskipun kreatif, terkadang membingungkan dan mengganggu alur emosi penonton. Lompatan waktu yang tiba-tiba membuat beberapa momen krusial terasa kurang mendalam karena kurangnya konteks. Selain itu, karakter Tobias terasa kurang tergali dibandingkan Almut, yang punya latar belakang karier dan konflik batin lebih jelas. Beberapa penonton juga merasa film ini terlalu mengandalkan trope drama penyakit terminal, sehingga terasa klise di beberapa bagian. Product placement, seperti penyebutan berulang merek Weetabix, juga sedikit mengganggu dan terasa seperti iklan yang dipaksakan.

Kesimpulan: Review Film We Live in Time

We Live in Time adalah film romansa yang mengharukan dengan penampilan luar biasa dari Florence Pugh dan Andrew Garfield. Meski narasinya yang tidak berurutan kadang membingungkan dan beberapa elemen terasa klise, film ini berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai waktu dan cinta. Bagi penggemar drama romansa yang siap menangis tersedu, film ini layak ditonton. Namun, jika Anda lebih menyukai cerita yang lugas dan mendalam, mungkin perlu menunggu film ini hadir di platform streaming. Dengan durasi yang pas dan emosi yang kuat, We Live in Time tetap menjadi pengalaman sinematik yang memorable.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *