Review Dari Film Jurrasic World Rebirth. Jurassic World Rebirth, film ketujuh dalam waralaba Jurassic Park, hadir sebagai usaha untuk menghidupkan kembali keajaiban dinosaurus yang pertama kali memukau penonton pada 1993. Disutradarai oleh Gareth Edwards dan ditulis oleh David Koepp, film ini menawarkan petualangan baru dengan latar lima tahun setelah peristiwa Jurassic World Dominion. Dibintangi oleh Scarlett Johansson, Jonathan Bailey, dan Mahershala Ali, Rebirth membawa penonton ke pulau tropis yang penuh bahaya, dengan misi mengumpulkan DNA dinosaurus untuk obat revolusioner. Meski menawarkan visual memukau dan aksi mendebarkan, film ini terjebak dalam formula klise waralaba, membuatnya terasa kurang segar. Artikel ini mengulas kekuatan dan kelemahan film, dari akting hingga penyutradaraan, serta relevansinya dalam waralaba Jurassic. BERITA LAINNYA
Kekuatan Visual dan Aksi yang Memukau
Salah satu daya tarik utama Jurassic World Rebirth adalah visualnya yang memanjakan mata. Gareth Edwards, yang dikenal lewat Godzilla dan Rogue One, menghadirkan skala besar yang mengesankan, terutama dalam adegan-adegan dinosaurus seperti Mosasaurus yang mengamuk di laut dan Quetzalcoatlus yang menukik dari langit. Sinematografi John Mathieson menangkap keindahan pulau Saint-Hubert dengan cahaya emas dan bayangan dramatis, menciptakan suasana yang sekaligus menakjubkan dan mencekam. Efek visual, terutama pada dinosaurus seperti Titanosaurus dan mutan Distortus Rex, terasa nyata dan detail, meski desain Distortus Rex kadang terlihat terlalu fantastis.
Adegan aksi menjadi puncak film ini. Satu momen menegangkan melibatkan pengejaran perahu di sungai dengan T-Rex yang mengintai, mengingatkan pada intensitas Jurassic Park orisinal. Edwards pandai membangun ketegangan dengan pendekatan ala Spielberg, menggunakan kabut dan bayangan untuk menyembunyikan ancaman hingga saat yang tepat. Skor musik Alexandre Desplat, yang memasukkan elemen tema klasik John Williams, menambah emosi pada adegan-adegan ini, membuat penonton terpaku. Chemistry antara Scarlett Johansson sebagai Zora Bennett dan Jonathan Bailey sebagai Dr. Henry Loomis juga menambah daya tarik, dengan dialog ringan yang sesekali memicu tawa.
Kelemahan Cerita dan Karakter
Sayangnya, Jurassic World Rebirth tidak sepenuhnya memenuhi harapan sebagai “kelahiran kembali” waralaba. Naskah David Koepp, meski ditulis oleh penulis asli Jurassic Park, terasa tipis dan mengulang formula lama: tim ekspedisi, perusahaan serakah, dan keluarga terdampar. Subplot tentang keluarga Delgado, yang terdiri dari Reuben, Isabella, dan Teresa, terasa seperti pengisi cerita yang tidak perlu, menghambat ritme film. Karakter-karakter ini kurang berkembang, dengan dialog yang sering kali klise dan motivasi yang dangkal.
Karakter utama, meski diperankan oleh aktor berbakat, juga tidak sepenuhnya memikat. Scarlett Johansson menghadirkan Zora sebagai tentara bayaran yang tangguh, tetapi karakternya kurang memiliki kedalaman emosional. Mahershala Ali, sebagai Duncan Kincaid, adalah pengecualian dengan backstory tragis yang memberikan sedikit bobot emosional, tetapi waktu layarnya terbatas. Jonathan Bailey berhasil mencuri perhatian dengan pesona sebagai ilmuwan yang antusias, namun karakternya sering terjebak dalam eksposisi yang membingungkan. Tema tentang keserakahan korporasi dan etika manipulasi genetik hadir, tetapi dieksekusi dengan dangkal, membuat film ini lebih terasa seperti petualangan generik daripada narasi yang bermakna.
Relevansi dalam Waralaba Jurassic: Review Dari Film Jurrasic World Rebirth
Rebirth berusaha mengembalikan rasa kagum yang menjadi ciri khas Jurassic Park, namun tidak sepenuhnya berhasil. Meski ada momen nostalgia, seperti penampakan T-Rex yang ikonik dan referensi ke taman asli, film ini gagal menawarkan sesuatu yang benar-benar baru. Distortus Rex, sebagai antagonis utama, terasa seperti upaya memaksakan ancaman yang lebih besar dari Indominus Rex sebelumnya, tetapi kurang meninggalkan kesan. Dibandingkan dengan Jurassic World (2015), yang berhasil menyeimbangkan nostalgia dan inovasi, Rebirth terasa lebih aman dan kurang ambisius.
Bagi penggemar waralaba, film ini tetap menawarkan hiburan musim panas yang solid, terutama untuk mereka yang menginginkan aksi dinosaurus tanpa ekspektasi cerita mendalam. Namun, bagi penonton yang mengharapkan revolusi dalam waralaba, Rebirth mungkin terasa seperti langkah mundur. Film ini menunjukkan bahwa dinosaurus masih memiliki daya tarik, tetapi waralaba ini perlu ide-ide baru untuk tetap relevan di tengah persaingan blockbuster modern.
Kesimpulan: Review Dari Film Jurrasic World Rebirth
Jurassic World Rebirth adalah perpaduan antara aksi mendebarkan dan kelemahan naratif yang membuatnya tidak sepenuhnya memenuhi janji “kelahiran kembali”. Visual yang memukau, penyutradaraan Gareth Edwards yang penuh ketegangan, dan penampilan karismatik dari Scarlett Johansson, Jonathan Bailey, dan Mahershala Ali menjadi kekuatan utama film ini. Namun, naskah yang tipis, karakter yang kurang berkembang, dan pengulangan formula lama membuatnya gagal menangkap keajaiban Jurassic Park orisinal. Bagi penggemar dinosaurus, Rebirth adalah petualangan yang menghibur dengan momen-momen menegangkan, tetapi waralaba ini perlu lebih dari sekadar nostalgia untuk terus bertahan. Film ini adalah pengingat bahwa, meski dinosaurus tetap memikat, cerita yang segar dan karakter yang kuat adalah kunci untuk menjaga waralaba ini tetap hidup.